PELATIHAN DIAGNOSIS KENDARAAN YANG BERBASIS TEKNOLOGI EFI BAGI GURU
SMK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF
Abstrak
Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan singkat. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI di kalangan para guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun manfaat pengabdian ini yaitu dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan para guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif dalam melaksanakan diagnosis kendaraan/mobil yang berbasis teknologi EFI sehingga kualitas pembelajaran, khususnya untuk materi teknologi injeksi materi bakar dapat ditingkatkan lagi.
Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari dari tanggal 9 – 10 Agustus 2010. Tempat pelaksanaan pengabdian di bengkel otomotif FT UNY. Sebagai sasaran PPM yaitu para guru mata diklat produktif SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 24 orang. Metode yang dipergunakan dalam pelatihan ini yaitu ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drill, latihan, serta trouble shooting. Adapun jumlah instrukturnya ada 4 (empat) orang dosen dan 3 (tiga) orang mahasiswa sebagai pembantu pelaksana.
Hasil yang diperoleh yaitu akseptor dapat mengetahui dan memiliki keterampilan untuk melaksanakan diagnosis kerusakan kendaraan EFI, baik kerusakan ringan maupun yang berat. Dalam hal pengetahuan ihwal diagnosis kendaraan EFI, persentase akseptor yang meraih skor ≥ 70 mencapai 72,00%. Untuk keterampilan melaksanakan diagnosis kendaraan EFI, persentase akseptor yang meraih skor ≥ 70 mencapai 83,33%. Pengabdian pada masyarakat ini dapat berhasil karena akseptor pelatihan memiliki motivasi yang tinggi, peralatan dan training object yang lengkap, didukung adanya modul dan paket pembelajaran yang sudah baku.
Kata kunci : Diagnosis Kendaraan, Teknologi EFI
Pendahuluan
Sumber pencemaran udara lebih dari 75% disebabkan oleh kendaraan bermotor (Zaenal Arifin, 2008). Mengingat hal itu produsen kendaraan berlomba-lomba menciptakan kendaraan dengan emisi gas buang yang rendah. Aplikasi teknologi injeksi materi bakar pada motor bensin merupakan salah satu upaya menciptakan kendaraan yang rendah emisi. Selain rendah emisi, aplikasi sistem injeksi tersebut juga memungkinkan pemakaian materi bakar menjadi ekonomis dan performa mesin meningkat. Berdasarkan kelebihan ini, untuk kendaraan (mobil) gres sekarang sudah menggunakan teknologi sistem injeksi materi bakar menggantikan teknologi karburator.
Sistem injeksi materi bakar atau lebih dikenal dengan istilah sistem materi bakar Electronic Fuel Injection (EFI) merupakan teknologi yang relatif gres dan kompetensi ihwal sistem materi bakar modern ini perlu dikuasai oleh siswa SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif, semoga setelah lulus mereka tidak ketinggalan dengan perkembangan teknologi yang ada di lapangan. Sebenarnya kompetensi ini sudah diakomodasi di dalam kurikulum SMK yang sekarang digunakan (Kurikulum KTSP). Kurikulum sudah dirancang dengan baik, akan tetapi apakah sudah diimplementasikan dengan baik pula. Hal ini perlu dikaji lebih jauh karena keberhasilan sebuah kurikulum akan sangat tergantung pada tingkat implementasinya (Umar Hamalik, 2001).
Salah satu faktor yang mempunyai peranan vital untuk mengimplementasikan kurikulum yaitu faktor guru. Oleh karena itu keberhasilan siswa SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif untuk menguasai kompetensi ihwal sistem injeksi materi bakar sedikit banyak juga akan sangat tergantung kepada adanya guru yang kompeten di bidang/materi tersebut.
Berdasarkan observasi dan pengamatan ketika menjadi Koordinator Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-PPL di beberapa SMK di Yogyakarta ditemukan bahwa proses belajar-mengajar untuk materi teknologi injeksi motor bakar masih belum sesuai dengan harapan. Berdasarkan observasi ditemukan pula bahwa di beberapa SMK hanya ada beberapa orang guru dalam jumlah sedikit yang cukup paham ihwal teknologi EFI, sementara guru-guru mata diklat produktif yang lain masih belum paham ihwal teknologi ini karena mempunyai latar belakang Sarjana Pendidikan non otomotif. Sebenarnya pemahaman materi dasar ihwal teknologi EFI di kalangan para guru bisa dikatakan sudah cukup memadai. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi ketika dilakukan pelatihan otomotif dasar bagi para guru SMK di Kota Yogyakarta yang berlatar belakang Sarjana Pendidikan Non Otomotif yang mengajar di SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif pada Tahun 2008. Untuk kemampuan melaksanakan diagnosis apabila kendaraan yang berbasis teknologi EFI tersebut mengalami kerusakan masih perlu ditingkatkan lagi. Sehubungan dengan hal tersebut tim PPM Fakultas Teknik Univeritas Negeri Yogyakarta akan menunjukkan pelatihan ihwal cara melaksanakan diagnosis terhadap kendaraan yang berbasis teknologi EFI bagi guru-guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif di Yogyakarta dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sistem materi bakar pada kendaraan/mobil, khususnya kendaraan beroda empat dengan materi bakar bensin mempunyai 3 fungsi utama yaitu: 1) mengabutkan materi bakar; 2) mencampur udara dan materi bakar pada komposisi yang sempurna sesuai dengan kerja mesin; dan 3) mengontrol jumlah campuran yang masuk ke dalam silinder untuk mengontrol tenaga mesin. Untuk menjalankan fungsi tersebut, ketika ini terdapat dua macam sistem materi bakar motor bensin, yaitu: 1) sistem karburator; dan 2) sistem injeksi materi bakar. Pada kendaraan gres kebanyakan menggunakan sistem injeksi materi bakar, sehingga sistem karburator sudah jarang digunakan.
Sistem injeksi materi bakar dapat diklasifikasikan menjadi (Moch. Solikin, 2004): TBI (Throttle Body Injection), MPI (Multi Point Injection), dan GDI (Gasoline Direct Injection). Pada tipe TBI, injektor berada di throttle body dengan jumlah injektor satu buah. Sistem ini disebut pula mono injection. Sistem injeksi tipe ini merupakan konsep awal aplikasi sistem injeksi pada motor bensin.
Pada tipe MPI, injektor dipasang pada manifold mengarah ke katup masuk, jumlah injektor sejumlah silinder. Pada ketika ini hampir semua sistem injeksi menggunakan konsep MPI. Sedangkan pada tipe GDI, injektor dipasang di kepala silinder, injektor menyemprot ke ruang bakar, banyaknya injektor sebanyak silindernya. Sistem ini merupakan pengembangan Mitsubishi Motor.
Gambar Mesin Mitsubishi dengan teknologi GDI
Berdasarkan sistem kontrolnya, sistem injeksi materi bakar dapat diklasifikasikan menjadi kontrol mekanik dan kontrol elektronik. Sistem injeksi materi bakar motor bensin tipe K Jetronic merupakan sistem injeksi kontrol mekanik. Pada sistem ini injektor menyemprotkan bensin secara terus-menerus dalam setiap jalan masuk masuk silinder motor. Pengontrolan jumlah injeksi materi bakar ke setiap jalan masuk masuk ditakar oleh plunyer pengontrol (control plunger) yang terletak di distributor. Pengontrolan materi bakar dan udara dilakukan oleh air flow sensor. Sistem injeksi K-Jetronic digunakan pada beberapa kendaraan Eropa tahun 1980-an, contoh: Mercedes Benz serie : 280E dan 300 E.
Gambar Sistem Injeksi K-Jetronic
Sementara itu untuk sistem injeksi motor bensin dengan kontrol elektronik pada ketika ini paling banyak digunakan oleh kendaraan beroda empat buatan Jepang ibarat Suzuki, Mazda, Honda, Toyota , kendaraan beroda empat buatan Eropa ibarat AUDI, PEUGEOT, VOLVO, kendaraan beroda empat buatan Amerika ibarat Ford, Chrysler, GM maupun kendaraan beroda empat buatan Korea ibarat KIA, Hyundai, Daewoo. Sistem injeksi kontrol elektronik/EFI dikelompokkan menjadi dua yaitu: L Jetronik dan D Jetronik (Moch. Solikin, 2004). Kode L berasal dari bahasa Jerman “Luft” yang berarti udara. Pada EFI tipe L Jetronic, kontrol injeksi dilakukan secara elektronik oleh Electronic Control Unit (ECU) berdasarkan jumlah udara. Sensor untuk mengukur jumlah udara yang masuk ke dalam silinder yaitu Air Flow Meter.
Kode D berasal dari bahasa Jerman “Drunk” yang berarti tekanan. Pada EFI D Jetronic, kontrol injeksi dilakukan secara elektronik oleh Electronic Control Unit (ECU) berdasarkan jumlah udara yang masuk. Sensor untuk mengukur jumlah udara yang masuk ke dalam silinder yaitu Manifold Absolute Pressure Sensor (MAP Sensor).
Gambar EFI D-Jetronic dan L-Jetronic
1. Tangki BB 2. Pompa BB 3. Saringan BB 4. Pipa deliveri 5. Regulator tekanan 6. Injektor 7. Air Flow meter | 8. Throttle 9. Throttle Position sensor 10. Skerup penyetel idle 11. 12. ECU 13. Injektor ketika dingin | 14. Water temp. Sensor 15. Idle Speed Control 16. Crank sensor 17. Kontak 18. Ignition coil 19. fuel pum relay |
Gambar L-Jetronic
Gambar EFI D-Jetronic
Metode Pelaksanaan PPM
Kegiatan PPM ini melibatkan para guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif di Yogyakarta, berjumlah 24 orang. Nama dan jumlah guru yang mewakili masing-masing SMK ditetapkan dengan melaksanakan koordinasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Yogyakarta, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Otomotif, dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan observasi di lapangan diperoleh gambaran bahwa para guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif di Yogyakarta mengalami kesulitan dalam menerima gosip ihwal cara melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI. Kesulitan tersebut disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan belum adanya upaya-upaya mengoptimalkan sumber-sumber gosip yang ada. Kondisi ini apabila tidak segera diatasi maka akan menghambat proses penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka metode yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu mengadakan pelatihan terhadap khalayak sasaran, dan rincian kegiatan secara garis besar sebagai berikut: 1) ceramah dan demontrasi; dan 2) praktek dan pembimbingan.
Kegiatan ceramah dan demonstrasi digunakan untuk menunjukkan gosip dan pemahaman akseptor ihwal banyak sekali macam sistem materi bakar yang digunakan pada kendaraan, kelebihan sistem, dan cara melaksanakan diagnosis sistem EFI. Sementara itu untuk kegiatan praktek dan pembimbingan digunakan untuk menunjukkan kesempatan berlatih kepada para akseptor untuk mendiagnosis sistem materi bakar EFI.
Metode kegiatan PPM di atas akan berjalan optimal apabila kegiatan tersebut dirancang secara operasional. Rancangan operasional kegiatan PPM ini meliputi: 1) Diskusi secara intensif ihwal peranan sistem materi bakar di dalam kendaraan, jenis-jenis system materi bakar, cara melaksanakan diagnosis system materi bakar model EFI; dan 2) Pelatihan intensif ihwal komponen system materi bakar EFI yang terdiri dari prinsip kerja system materi bakar EFI, penggunaan engine scan, diagnosis kerusakan EFI dengan engine scan, serta perawatan sistem materi bakar EFI.
Untuk mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan PPM ini diadakan evaluasi secara teori dan praktik. Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan aktivitas ini yaitu akseptor dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI, dengan nilai ≥ 70.
Hasil Pelaksanaan PPM dan Pembahasan
Bentuk kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berupa pelatihan. Pada kegiatan ini akseptor menerima materi teori dan praktik. Teori yang diberikan merupakan pengetahuan praktis sebagai dasar untuk melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI. Pelatihan dilaksanakan di bengkel otomotif FT UNY. Kegiatan Pelatihan Diagnosis Kendaraan yang Berbasis Teknologi EFI Bagi Guru SMK ini dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 9 - 10 Agustus 2010.
Metode pelatihan yang digunakan pada pelatihan ini mengarah pada keaktifan akseptor untuk melaksanakan atau mempraktikkan keterampilannya. Selain itu digunakan pula metode ceramah, diskusi, dan trouble shooting untuk pendalaman dalam mendiagnosis kerusakan pada kendaraan yang berbasis teknologi EFI. Didukung oleh tersedianya peralatan yang memadai, para akseptor bersemangat sekali dalam mengikuti pelatihan. Di samping itu, disiplin dan kesungguhan akseptor selama mengikuti pelatihan cukup membanggakan. Hal ini karena motivasi akseptor mengikuti pelatihan sangat tinggi. Kunci dari itu semua yaitu materi pelatihan ihwal diagnosis kendaraan berbasis teknologi EFI ini memang benar-benar diharapkan oleh para akseptor pelatihan untuk diterapkan sewaktu mengajar di SMK. Seperti diuraikan di atas bahwa pada simpulan pelatihan para akseptor diberi kesempatan untuk mempraktikkan keterampilannya yang berupa kemampuan untuk mendiagnosis kerusakan yang terjadi pada EFI. Untuk mengetahui apakah kompetensi ini sudah dikuasai oleh siswa maka dilakukan evaluasi, baik evaluasi teori maupun praktik.
Pelatihan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI bagi guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif alhasil bisa berjalan dengan lancar. Kelancaran pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat ini tidak semata-mata disebabkan karena akseptor memiliki motivasi tinggi saja, akan tetapi juga disebabkan oleh adanya kerja sama yang baik diantara anggota Tim Pengabdi, kepercayaan LPM Universitas Negeri Yogyakarta dan perhatian yang tinggi dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Otomotif yang diketuai oleh Bp. Drs. Maryadi serta Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) yang diketuai oleh Bp. Drs. Aragani Mizan Zakariya.
Dengan lokasi PPM di bengkel otomotif FT UNY ini ternyata memudahkan dalam pengelolaan alat dan training object-nya. Oleh karena peralatan dan training object memadai maka memperlancar pelaksanaan aktivitas PPM. Motivasi akseptor pelatihan yang besar juga mendorong akseptor pelatihan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga pada alhasil pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses mencar ilmu di SMK.
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan, baik evaluasi kemampuan teori maupun evaluasi kemampuan praktik menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor sudah berhasil mencapai nilai minimal yang ditetapkan (nilai ≥ 70). Untuk evaluasi kemampuan teori, 72% dari seluruh akseptor sudah berhasil lulus dengan nilai rerata 76,67. Untuk evaluasi kemampuan praktik, 83,33% dari seluruh akseptor sudah berhasil lulus dengan nilai rerata 76,83. Hal ini berarti masih terdapat akseptor yang pada evaluasi tahap I belum berhasil lulus evaluasi kemampuan teori yakni sebesar 28%, dan belum berhasil lulus evaluasi kemampuan praktik sebesar 16,67%. Bagi akseptor yang belum lulus tersebut diberlakukan remidial, hingga dapat meraih skor minimal yang telah ditetapkan. Setelah dikaji lebih jauh, akseptor yang belum berhasil lulus tersebut ternyata belum pernah mengikuti pelatihan EFI, khususnya ihwal konsep dasar EFI. Apabila belum pernah mengenal konsep dasar EFI, akseptor akan mengalami kesulitan untuk dapat melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengabdian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI di kalangan para guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif.dapat ditingkatkan. Persentase akseptor yang meraih skor ≥ 70 sebesar 72%.
2. Keterampilan melaksanakan diagnosis kendaraan yang berbasis teknologi EFI di kalangan para guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif.dapat ditingkatkan. Persentase akseptor yang meraih skor ≥ 70 sebesar 83,33%.
3. Para akseptor pelatihan yang belum berhasil lulus, dengan persentase sebesar 28% untuk teori dan 16,67% untuk praktik diberi kesempatan untuk mengikuti remidial hingga dapat meraih skor minimal yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni ≥ 70.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Program pelatihan diagnosis kendaraan EFI bagi guru SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif yang didukung oleh MGMP, MKKS, dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga perlu terus ditingkatkan untuk tahun-tahun mendatang.
2. Bagi akseptor pelatihan diagnosis kendaraan EFI pada tahun-tahun mendatang sebaiknya dipersyaratkan yang sudah pernah mengikuti pelatihan ihwal dasar-dasar EFI.
0 comments
Post a Comment