BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fakultas Teknik merupakan salah satu Fakultas di UNP yang berkembang dalam upaya pembentukan sumber daya insan yang berkualitas. Dalam buku pedoman akademik UNP Padang ( 2005 / 2006 : 71 ) dinyatakan bahwa Visi FT UNP Padang adalah:“Menjadi fakultas unggulan dalam menghasilkan guru Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) dan Tenaga Profesional Bidang Teknologi (TPBT) yang bertaqwa, berjiwa kebangsaan, berwawasan global dengan berpijak pada pilar-pilar kepakaran dan profesionalisme”Sampai dikala ini, FT UNP Padang memiliki 6 (enam) jurusan. Salah satu diantaranya yaitu Jurusan Teknik Otomotif dan dalam jurusan terdapat acara studi Pendidikan Teknik Otomotif. Dalam buku pedoman akademik UNP Padang (2005/2006 : 236) dinyatakan bahwa tujuan Program Pendidikan Teknik Otomotif adalah:“(1) Menghasilkan tenaga sarjana kependidikan dan kepelatihan yang profesional di sektor otomotif dengan kemampuan bidang studi setingkat jago madya, Menghasilkan tenaga jago madya (supervisor) dibidang otomotif untuk sektor pembuatan dan perakitan (manufacturing / assembling), jasa penjualan / perawatan (sales / maintenance) dan alat-alat berat (Heavy Equipment), sebagai lulusan yang profesional, adaptif terhadap perkembangan IPTEK khususnya dalam bidang Teknik Otomotif, (3) Meningkatkan daya saing tamatan baik lokal maupun nasional, (4) Menjadikan acara studi Pendidikan Teknik Otomotif sebagai lambang inovatif di bidang Teknik Otomotif.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, bukanlah suatu hal yang mudah. Berbagai faktor yang mensugesti sukses atau tidaknya suatu tujuan tersebut. Dalam hal ini banyak sekali cara dan upaya telah ditempuh jurusan Teknik Otomotif yang diawali perbaikan kurikulum, sarana dan prasarana, staf pengajar dan lain-lain.
Tetapi walaupun telah dilakukan perubahan-perubahan yang mendasar dalam banyak sekali hal menyerupai tersebut di atas, namun hal ini belum tentu dapat menjamin mutu dan hasil yang diharapkan sesuai tujuan Pendidikan Teknik Otomotif di atas. Sebab hasil pendidikan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Raw Input (masukan mentah), (2) Instrumental Input (masukan penunjang), (3) Instrumental Output (keluaran penunjang) (Sardiman, A.M. 2003:51).
Mahasiswa merupakan raw input yang akan diproses dalam suatu pendidikan diterima melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru. Sistem seleksi penerimaan mahasiswa gres merupakan episode terpenting dalam rangka meningkatkan mutu masukan bagi suatu Universitas. Sistem seleksi yang baik dan berdampak positif bagi pembelajaran di sekolah menengah, baik kejuruan maupun umum (Kumaidi 1996 : 81). Sistem seleksi yang masih digunakan hingga sekarang yaitu ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Kedua sistem ini memperlihatkan kesempatan kepada calon mahasiswa gres untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Dari tahun 2002, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak hanya mendapatkan mahasiswa gres dari jalur PMDK dan SPMB, yang biasa disebut dengan jalur reguler, tetapi juga telah mendapatkan mahasiswa gres melalui jalur non reguler. Secara yuridis, kebijakan tersebut didukung oleh Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI No. 28 / Dikti / KEP / 2002, wacana penyelenggaraan acara reguler dan non reguler di PTN yang statusnya disamakan dengan mahasiswa reguler. Dengan demikian status acara non reguler telah menjadi negeri. Adapun tujuan dibukanya acara non reguler dapat dijadikan alternatif untuk menampung calon mahasiswa yang tidak lulus SPMB dan PMDK.
Fakultas Teknik UNP Padang dalam pelaksanaan jalur non reguler, pada tahun 2006 telah diperluas dengan membuka acara yang sama pada jenjang acara Strata 1 (S1) untuk semua jurusan (Gambut, 2007 : 4). Jurusan Teknik Otomotif FT UNP dalam menyeleksi calon mahasiswa baru, juga membuka jalur non reguler. Sejak tahun 2002 pada jenjang acara diploma teknik otomotif dan diperluas pada tahun 2006 membuka acara Pendidikan Teknik Otomotif.
Tiga unsur utama yang menentukan dan saling mensugesti keberhasilan sebuah lembaga pendidikan yaitu masukan, proses dan keluaran. Hal ini berarti titik awal untuk mencapai lulusan yang baik haruslah mempunyai kemampuan awal yang baik melalui suatu sistem seleksi yang efektif. Whiterington, (1986) dalam Bukhari menyatakan bahwa:“Kemampuan awal bekerjasama dengan prestasi akademik yang dicapai peserta didik, makin tinggi atau luas pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mereka sewaktu akan memasuki acara pengajaran dengan sendirinya akan memperbesar kemungkinan untuk memperoleh hasil berguru yang baik”.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya sistem penerimaan mahasiswa gres melalui jalur reguler yaitu SPMB dan PMDK dapat memprediksi kualitas mahasiswa dengan baik (Kumaidi 1996: 81). Bertolak dari permasalahan di atas membentuk anggapan masyarakat bahwa kualitas mahasiswa yang masuk dari jalur non reguler lebih rendah hasil belajarnya dari mahasiswa reguler.
Sedangkan menurut Rose dan Nicholl (dalam Ahimsa, 2002:61) menyatakan bahwa Kemampuan siswa mengerjakan tes tertulis dengan baik tidak bisa dijadikan indikator bahwa siswa tersebut lebih berkualitas dan sukses dalam hidupnya. Karena siswa memiliki jenis kecerdasan yang bervariasi.
Masing-masing aspek kecerdasan itu memiliki kadar yang berbeda-beda. Dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal (Sulaeman, 2007:173). Berdasarkan pendapat ini, mahasiswa yang tidak lulus tes ujian tidak selamanya rendah kualitasnya dibandingkan dengan mahasiswa yang lulus tes ujian.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di PUSKOM BAAKPSI UNP, ada mahasiswa pendidikan teknik otomotif non reguler tahun masuk 2006 yang memiliki indeks prestasi semester Juli-Desember 2006 3,46 (BAIK). Dan ada juga mahasiswa pendidikan teknik otomotif reguler tahun masuk 2006 yang memiliki indeks prestasi semester Juli-Desember 2006 1,83 (kurang).
Studi mengenai kualitas mahasiswa yang diterima dari jalur non reguler untuk Pendidikan Teknik Otomotif secara spesifik belum dilakukan. Salah satu sebabnya yaitu pelaksanaan jalur acara non reguler untuk Pendidikan Teknik Otomotif masih baru. Oleh karena itu, belum diketahui secara pasti keadaan yang gotong royong apakah memang benar anggapan masyarakat bahwa mahasiswa non reguler mendapatkan hasil berguru yang lebih rendah dari mahasiswa yang diterima dari jalur reguler.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji secara terperinci perbedaan hasil belajar, melalui sebuah penelitian ilmiah dengan judul:“Perbedaan Hasil Belajar dan Karakteristik Mahasiswa Reguler dan Non Reguler Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Tahun Masuk 2006 Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk mencapai tujuan tersebut, bukanlah suatu hal yang mudah. Berbagai faktor yang mensugesti sukses atau tidaknya suatu tujuan tersebut. Dalam hal ini banyak sekali cara dan upaya telah ditempuh jurusan Teknik Otomotif yang diawali perbaikan kurikulum, sarana dan prasarana, staf pengajar dan lain-lain.
Tetapi walaupun telah dilakukan perubahan-perubahan yang mendasar dalam banyak sekali hal menyerupai tersebut di atas, namun hal ini belum tentu dapat menjamin mutu dan hasil yang diharapkan sesuai tujuan Pendidikan Teknik Otomotif di atas. Sebab hasil pendidikan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Raw Input (masukan mentah), (2) Instrumental Input (masukan penunjang), (3) Instrumental Output (keluaran penunjang) (Sardiman, A.M. 2003:51).
Mahasiswa merupakan raw input yang akan diproses dalam suatu pendidikan diterima melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru. Sistem seleksi penerimaan mahasiswa gres merupakan episode terpenting dalam rangka meningkatkan mutu masukan bagi suatu Universitas. Sistem seleksi yang baik dan berdampak positif bagi pembelajaran di sekolah menengah, baik kejuruan maupun umum (Kumaidi 1996 : 81). Sistem seleksi yang masih digunakan hingga sekarang yaitu ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Kedua sistem ini memperlihatkan kesempatan kepada calon mahasiswa gres untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Dari tahun 2002, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak hanya mendapatkan mahasiswa gres dari jalur PMDK dan SPMB, yang biasa disebut dengan jalur reguler, tetapi juga telah mendapatkan mahasiswa gres melalui jalur non reguler. Secara yuridis, kebijakan tersebut didukung oleh Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI No. 28 / Dikti / KEP / 2002, wacana penyelenggaraan acara reguler dan non reguler di PTN yang statusnya disamakan dengan mahasiswa reguler. Dengan demikian status acara non reguler telah menjadi negeri. Adapun tujuan dibukanya acara non reguler dapat dijadikan alternatif untuk menampung calon mahasiswa yang tidak lulus SPMB dan PMDK.
Fakultas Teknik UNP Padang dalam pelaksanaan jalur non reguler, pada tahun 2006 telah diperluas dengan membuka acara yang sama pada jenjang acara Strata 1 (S1) untuk semua jurusan (Gambut, 2007 : 4). Jurusan Teknik Otomotif FT UNP dalam menyeleksi calon mahasiswa baru, juga membuka jalur non reguler. Sejak tahun 2002 pada jenjang acara diploma teknik otomotif dan diperluas pada tahun 2006 membuka acara Pendidikan Teknik Otomotif.
Tiga unsur utama yang menentukan dan saling mensugesti keberhasilan sebuah lembaga pendidikan yaitu masukan, proses dan keluaran. Hal ini berarti titik awal untuk mencapai lulusan yang baik haruslah mempunyai kemampuan awal yang baik melalui suatu sistem seleksi yang efektif. Whiterington, (1986) dalam Bukhari menyatakan bahwa:“Kemampuan awal bekerjasama dengan prestasi akademik yang dicapai peserta didik, makin tinggi atau luas pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mereka sewaktu akan memasuki acara pengajaran dengan sendirinya akan memperbesar kemungkinan untuk memperoleh hasil berguru yang baik”.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya sistem penerimaan mahasiswa gres melalui jalur reguler yaitu SPMB dan PMDK dapat memprediksi kualitas mahasiswa dengan baik (Kumaidi 1996: 81). Bertolak dari permasalahan di atas membentuk anggapan masyarakat bahwa kualitas mahasiswa yang masuk dari jalur non reguler lebih rendah hasil belajarnya dari mahasiswa reguler.
Sedangkan menurut Rose dan Nicholl (dalam Ahimsa, 2002:61) menyatakan bahwa Kemampuan siswa mengerjakan tes tertulis dengan baik tidak bisa dijadikan indikator bahwa siswa tersebut lebih berkualitas dan sukses dalam hidupnya. Karena siswa memiliki jenis kecerdasan yang bervariasi.
Masing-masing aspek kecerdasan itu memiliki kadar yang berbeda-beda. Dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal (Sulaeman, 2007:173). Berdasarkan pendapat ini, mahasiswa yang tidak lulus tes ujian tidak selamanya rendah kualitasnya dibandingkan dengan mahasiswa yang lulus tes ujian.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di PUSKOM BAAKPSI UNP, ada mahasiswa pendidikan teknik otomotif non reguler tahun masuk 2006 yang memiliki indeks prestasi semester Juli-Desember 2006 3,46 (BAIK). Dan ada juga mahasiswa pendidikan teknik otomotif reguler tahun masuk 2006 yang memiliki indeks prestasi semester Juli-Desember 2006 1,83 (kurang).
Studi mengenai kualitas mahasiswa yang diterima dari jalur non reguler untuk Pendidikan Teknik Otomotif secara spesifik belum dilakukan. Salah satu sebabnya yaitu pelaksanaan jalur acara non reguler untuk Pendidikan Teknik Otomotif masih baru. Oleh karena itu, belum diketahui secara pasti keadaan yang gotong royong apakah memang benar anggapan masyarakat bahwa mahasiswa non reguler mendapatkan hasil berguru yang lebih rendah dari mahasiswa yang diterima dari jalur reguler.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji secara terperinci perbedaan hasil belajar, melalui sebuah penelitian ilmiah dengan judul:“Perbedaan Hasil Belajar dan Karakteristik Mahasiswa Reguler dan Non Reguler Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Tahun Masuk 2006 Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
Sistem seleksi penerimaan mahasiswa gres melalui jalur non reguler untuk meningkatkan mutu masukan dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan jurusan Pendidikan Teknik Otomotif FT UNP.
Beredarnya persepsi masyarakat kampus bahwa Indeks Prestasi (IP) mahasiswa yang masuk jalur Non reguler lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa reguler.
Mengetahui karakteristik mahasiswa yang masuk melalui jalur non reguler dan reguler.
Membandingkan hasil berguru dan karakteristik mahasiswa reguler dan non reguler.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah semoga penelitian ini dapat terarah. Pokok bahasan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah “Perbedaan Hasil Belajar dan Karakteristik Mahasiswa Reguler dan non reguler Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Tahun masuk 2006 Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang”.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil berguru dan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui jalur reguler dan non reguler acara studi Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan:
Perbedaan hasil berguru mahasiswa reguler dan non reguler pada acara studi Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Otomotif tahun masuk 2006.
Perbedaan karakteristik antara mahasiswa reguler dan non reguler pada acara studi Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Otomotif.
F. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan manfaat sebagai berikut:
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pertimbangan dalam merencanakan atau menyusun bentuk penyeleksian calon mahasiswa khususnya mahasiswa non reguler di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini dapat juga menjadi materi masukan bagi jurusan Teknik Otomotif wacana perbedaan hasil berguru mahasiswa reguler dan non reguler sehingga dapat melaksanakan pembenahan di Jurusan Teknik Otomotif.
Bahan tumpuan bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Mahasiswa Jalur Reguler
Mahasiswa jalur Reguler yaitu mahasiswa yang diterima melalui proses penyeleksian jalur reguler. Proses penyeleksian jalur reguler selama ini dilakukan melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang terdiri dari atas UMPTN dan PMDK. Proses seleksi penerimaan mahasiswa gres dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pendidikan tinggi dan mengakomodasikan relevansi kebutuhan serta ketersediaan lapangan kerja yang ada.
Tujuan seleksi UMPTN yaitu untuk memilih calon mahasiswa gres yang mempunyai kemampuan akademik untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Kemampuan berguru calon mahasiswa di perguruan tinggi diramalkan atas skor ujian masuk / tes yang dilaksanakan dalam 2 hari. Oleh karena itu, sebagian pendapat menyatakan bahwa dalam waktu yang singkat dan soal yang sedemikian rumit, memang pantas mendapatkan dingklik perguruan tinggi yang diinginkan.
Sedangkan pola seleksi PMDK didasarkan atas keberhasilan siswa selama berguru di SMU dan SMK dilihat dari prestasi akademiknya. Seleksi ini berpedoman pada rekomendasi Kepala Sekolah setempat yang menyatakan bahwa calon tersebut yaitu lulusan yang mempunyai hasil berguru dan memenuhi persyaratan tertentu untuk penetapan PMDK.
B.Mahasiswa Jalur Non Reguler
Mahasiswa jalur non reguler yaitu mahasiswa yang diterima melalui proses penyeleksian oleh setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pada dasarnya jalur non reguler, diarahkan untuk menampung mahasiswa yang telah bekerja. Dengan demikian sesuai dengan aturan Dirjen Dikti, penerimaan mahasiswa gres melalui jalur non reguler awalnya tidak dibuka untuk lulusan SLTA. Namun pada tahun 2002 Dirjen Dikti Depdiknas mengeluarkan Surat Keputusan No. 28/Dikti/Kep/2002 wacana penyelenggaraan acara non reguler di PTN yang statusnya disamakan dengan mahasiswa reguler. Dengan demikian, Dirjen Dikti telah menyetujui PTN menyelenggarakan acara non reguler. Sehingga lulusannya diakui sama dengan lulusan acara reguler.
Berbeda dengan jalur reguler yang dilaksanakan secara bersama-sama dan serentak di seluruh Indonesia, jalur non reguler diselenggarakan oleh perguruan tinggi masing-masing. Tujuan utama dibukanya acara non reguler di PTN yaitu untuk menampung siswa yang tidak lulus masuk melalui jalur reguler.
3. Karakteristik Mahasiswa
Kamus umum bahasa Indonesia mendefinisikan abjad sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, atau kebijaksanaan pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain (Poerwadarminta, 1976). Sejalan dengan itu, (Hornby, 1985) mengartikan abjad sebagai watak (mental), kekuatan watak (moral strength), kemampuan dan kualitas yang menjadikan pembeda seseorang atau benda dengan yang lainnya (abilities and qualities).
Winkel, W.S. (1999:149) menyatakan bahwa abjad ialah keseluruhan hasrat-hasrat insan yang terarah pada suatu tujuan yang mengandung nilai moralitas, mengacu pada gaya hidup seseorang, tingkah laku yang konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Pada tahap ini seseorang mempunyai sistem nilai yang dapat mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan hingga dapat membentuk gaya yang luas, berbeda dengan orang lain.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik mahasiswa sangat erat kaitannya dengan sifat dasarnya dan menunjuk pada suatu aspek dalam kepribadian yaitu keseluruhan sifat-sifat individual seseorang yang dapat memperlihatkan pengaruh terhadap proses pembelajaran.
Ditinjau dari sifat dasar ada lima karakteristik mahasiswa dalam proses pembelajaran yaitu: (a) intelegensi, (b) sikap, (c) bakat, (d) minat, dan (e) motivasi (Syah, 1996). Namun untuk mencapai sukses, mahasiswa dituntut untuk bertekad dan berusaha semoga menjadi mahasiswa yang unggul, penuh semangat dan penuh gairah mengikuti studi. Mengikuti studi secara sungguh-sungguh dengan penuh perhatian untuk membina pengetahuan ilmiah seluas-luasnya.
Dalam penelitian ini sub variabel karakteristik mahasiswa disusun berdasarkan pendapat Syah, (1996) yang terdiri dari (a) sikap, (b) minat dan (c) motivasi.
a. Sikap Belajar
Sikap dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan pandangan seseorang terhadap suatu objek tertentu, pembawaan dan tingkah laku. Sikap dalam bahasa Inggrisnya disebut attitude yaitu suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.
Menurut Ellis (1998:141) yang sangat memegang penting dalam sikap yaitu faktor perasaan atau emosi dan reaksi / respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi, sikap selalu bekerjasama dengan dua alternatif yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike). Ada beberapa faktor lain yang mensugesti yaitu bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan.
Beberapa jago psikologi berpendapat bahwa sikap yaitu merupakan kecenderungan seseorang bereaksi terhadap suatu objek tertentu sesuai dengan pengalaman dan kondisi lingkungannya (Klesler, Collins, Miller dan Fishben, 1975:6).
Winkel (1984:30) memperlihatkan batasan bahwa yang dimaksud dengan sikap yaitu : “Kecenderungan dalam diri subjek mendapatkan atau menolak objek berdasarkan pada penilaian objek itu sebagai objek yang berharga”.Menurut Joesmani (1988:61) “Sikap yaitu kecenderungan seseorang terhadap objek, dimana kecenderungan itu bisa oke atau tidak setuju, atau diantara kedua rentang itu”.
Dalam kehidupan setiap individu mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan sesuatu yang ada di sekitarnya atau lingkungan dimana ia berada, baik terhadap gejala-gejala sosial maupun aktivitas-aktivitas tertentu. Untuk mengadakan interaksi ini, sikap merupakan salah satu faktor yang dapat memperlihatkan penilaian apakah objek yang ada di sekitarnya berharga atau tidak bagi dirinya. Sikap merupakan salah satu aspek psikis atau mental yang akan membentuk pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mensugesti setiap kegiatan yang akan dilakukan didalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sikap akan turut menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan memperlihatkan penilaian terhadap objek-objek tertentu. Sikap belum merupakan tingkah laku, melainkan kecenderungan untuk bertindak.
Sarwono (1976) mengatakan bahwa sikap ini dapat bersifat positif atau bersifat negatif. Syah (1996) mengemukakan bahwa sikap mahasiswa yang positif terutama pada Staf Pengajar dan mata kuliah yang disajikan merupakan menandakan awal yang baik bagi proses pembelajaran mahasiswa. Sebaliknya, sikap negatif mahasiswa terhadap staf pengajar dan mata kuliah, kemudian diiringi kebencian maka dapat menimbulkan kesulitan belajar.
Faktor pendorong sikap untuk melaksanakan sesuatu terdiri dari beberapa faktor. Herzbeg (1976) membagi atas enam faktor yaitu (1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, sobat sejawat ataupun orang lain, (2) prestasi yaitu prestasi berguru yang dicapai oleh seseorang dalam belajar, (3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan, (4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya, (5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan peran sempurna pada waktunya, (6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan peran yang gres dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar.
Menurut Sarlito (1991:138) di dalam sikap terdapat tiga komponen yaitu: (1) komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki. Seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan dan keyakinan wacana objek, (2) komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian, dan (3) komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
Ketiga komponen di atas saling bekerjasama satu sama lainnya. Komponen perilaku dipengaruhi oleh komponen kognitif dan afektif. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu objek, maka ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan dari objek itu. Sebaliknya, ia akan memiliki sikap yang negatif terhadap objek itu. maka ia akan mengecam mencela, dan menghindari objek tersebut.
Sikap dapat dibentuk sebagai hasil dari suatu yang dipelajari. Sikap bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, guru dan teman. Sebaliknya sikap juga dapat dipengaruhi perbuatan dan tingkah laku seseorang (Azwar, 1998;15).
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan dalam merespon sebelum atau sewaktu melaksanakan tindakan atau aktivitas. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif yang mengandung tiga komponen sekaligus yaitu komponen kognisi yang akan mengungkapkan apa yang dipikirkan seseorang terhadap objek, komponen afeksi mengungkapkan wacana apa yang dirasakan dan komponen prilaku mengungkapkan bagaimana kesetiaan seseorang untuk bertindak terhadap objek (menerima atau menolak).
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, seseorang dikatakan berguru bila dapat diasumsi dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang menjadikan suatu perubahan tingkah laku.
Winkel (1999) memperlihatkan definisi berguru yang bersifat komprehensif yaitu suatu proses dari belum bisa ke arah mampu. Belajar yaitu suatu acara mental psikis yang berlangsung dalam integrasi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-nilai dan sikap.
Idrus (1993:5) menyatakan bahwa berguru merupakan kegiatan yang aktif dalam bentuk mengamati, memikirkan dan memahami sesuatu yang dipelajari. Dengan berguru akan terjadi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman.
Sardiman (1996:23) memperlihatkan definisi berguru yaitu rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko dan fisik , untuk menuju ke perkembangan pribadi insan seutuhya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Sudjana (1991) lebih memperjelas mengenai berguru yang mempunyai tiga ciri kelompok yaitu (a) terjadinya tingkah laku gres berupa kemampuan nyata dan potensial, (b) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan (c) kemampuan gres diperoleh melalui usaha.
Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa berguru merupakan acara yang menghasilkan perubahan gres pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor berupa kemampuan yang nyata dan potensial didapatkan dari usaha dalam waktu yang berkesinambungan.
Berdasarkan uraian data dapat disimpulkan bahwa sikap berguru yaitu kesiapan atau kecenderungan mahasiswa dalam merespon sebelum atau sewaktu melaksanakan acara belajar. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif.
Dari uraian data di atas dapat dirangkum bahwa indikator sikap mahasiswa dalam penelitian ini yaitu (a) kesadaran, (b) paksaan, (c) target, (d) kebosanan, (e) kebanggaan, (f) kecenderungan, (g) pengembangan, (h) wawasan, (i) prioritas, (j) daya tarik, (k) alokasi waktu, dan (l) tantangan masa depan.
b. Minat Belajar
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat yaitu salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih berpengaruh untuk bekerjasama lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat yaitu sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai harapan untuk mengetahui dan mempelajari serta bisa membuktikan lebih lanjut.
Winkel (1999) menjelaskan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan jiwa yang bersifat menetap dalam diri seseorang untuk merasa senang dan tertarik kepada hal-hal tertentu. Selanjutnya Hurlok (1996) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan apa yang mereka inginkan dan mereka bebas memilih. Apabila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat untuk melakukannya, kemudian akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi mereka.
Minat mahasiswa juga sangat mensugesti cara belajarnya. Jika mereka tertarik terhadap mata kuliah tertentu, maka minat berguru cenderung menjadi tinggi, kegiatan berguru pun menjadi meningkat dalam arti mahasiswa akan lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan belajar. Hal ini ditegaskan Hurlock (1996), bahwa mahasiswa yang berminat terhadap suatu kegiatan berguru akan berusaha lebih keras untuk memahami materi pembelajaran dibanding mahasiswa yang kurang berminat terhadap kegiatan berguru tersebut. Oleh karena itu, jikalau guru atau dosen berharap semoga proses berguru mengajar terlaksana secara optimal, maka guru atau dosen harus bisa merangsang minat dan motivasi siswa atau mahasiswa mengikuti kegiatan berguru mengajar.
Suryabrata (1984) mengkategorikan minat berguru kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter yaitu minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter yaitu minat yang timbul akhir pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter yaitu minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
Walaupun ketiga unsur yang mensugesti timbulnya minat dalam diri keadaan yang berbeda, namun kesemuanya menunjukkan bahwa minat merupakan unsur penting untuk menimbulkan perhatian berguru siswa atau mahasiswa. Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan memungkinkan tercapainya konsentrasi untuk waktu yang lama. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan konsentrasi, sehingga suatu mata kuliah hanya dapat dipelajari dengan baik apabila mahasiswa dapat konsentrasi terhadap pelajaran itu.
Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan minat yaitu pemusatan perhatian serta diiringi oleh suatu usaha-usaha untuk mencapai suatu tujuan. Minat disamping episode dari pengembangan pribadi, juga berlaku sebagai indikator dari motivasi dan sikap. Dari uraian di atas tampak bahwa ada keterkaitan antara sikap dan minat. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu relasi diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin bersahabat dan berpengaruh relasi tersebut, maka minat akan semakin besar. Minat merupakan landasan atau fondasi bagi bangunan konsentrasi yang harus diciptakan.
Jadi, minat berguru yaitu pemusatan perhatian individu terhadap objek, situasi acara dan pekerjaan yang menarik perhatian dalam perubahan tingkah laku meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dari uraian di atas dapat dirangkum bahwa indikator minat mahasiswa dalam penelitian ini yaitu (a) perhatian, (b) kesenangan, (c) kemauan, (d) keinginan, dan (e) kepuasan.
c. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Wayne (dalam Hasibuan, 2004:219) mengemukakan “Motivasi yaitu salah satu kekuatan yang dihasilkan dari harapan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya”. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2003:73) Motivasi yaitu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Wlodkowski (dalam Irawan, 1995:41) menjelaskan bahwa motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Menurut Danim (2004:2) motivasi memuat tiga unsur, yaitu (1) faktor, pendorong atau pembangkit motif, (2) tujuan yang ingin dicapai dan (3) taktik yang diperlukan.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2003:74) Motivasi memuat tiga elemen penting, yaitu (1) motivasi mengawali perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perubahan energi tersebut nampak dari kegiatan fisik manusia, (2) motivasi relevan dengan masalah kejiwaan dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, dan (3) motivasi terangsang karena ada tujuan.
Dengan ke tiga elemen di atas dapat dikatakan bahwa motivasi sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melaksanakan sesuatu (Sardiman, 2003:75).
Motivasi berguru merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual peranannya sangat erat dalam menimbulkan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar. Untuk dapat berguru dengan baik diharapkan proses dan motivasi yang baik pula. Dalam hal ini Sardiman (2003:77) menegaskan bahwa motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Kegiatan berguru yang tidak melalui proses dengan motivasi yang baik, atau mungkin karena rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial terperinci akan menghasilkan hasil berguru yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa motivasi yaitu dorongan dan usaha yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri manusia, sehingga akan mensugesti gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi kemudian bertindak atau melaksanakan sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan atau melaksanakan sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan atau harapan yang baik. Motivasi berguru yaitu keseluruhan daya pelopor di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memperlihatkan arah pada kegiatan belajar, dan yang memperlihatkan arah pada kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat dirangkum bahwa indikator motivasi mahasiswa dalam penelitian ini yaitu (1) tujuan, (2) keinginan, (3) semangat, (4) tantangan, (5) usaha, (6) optimis.
4. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat, adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Kemampuan orang untuk berguru merupakan ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk lain. Hudoyo (1988:1) menyatakan bahwa berguru merupakan perubahan tingkah laku dalam waktu yang relatif lama disertai dengan usaha oleh seseorang dari tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakannya. Senada dengan pendapat tersebut Sardiman (2007:22) mengemukakan bahwa berguru merupakan suatu usaha untuk menguasai ilmu pengetahuan menuju terbentuknya kepribadian sutuhnya.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berguru merupakan proses perubahan tingkah laku akhir adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Hasil berguru yaitu hasil yang diperoleh dari proses belajar. Prayitno (1998:35) mendefinisikan “hasil berguru yaitu sebagai suatu yang diperoleh / dikuasai yang merupakan hasil adanya suatu proses berguru mengajar”.
Pendapat yang sehubungan dengan hasil berguru juga dikemukakan oleh Hamalik (1986:21). Hasil berguru yaitu tingkah yang timbul, misalnya dari tidak tahu, timbul pengertian-pengertian gres perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan kesanggupan, menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial emosional, dan pertumbuhan jasmani.
Hasil berguru yaitu perubahan tingkah laku yang mencakup bidang psikolog insan yaitu: aspek kognitif, berkembangnya kemampuan berfikir karena sudah mendapatkan banyak sekali macam ilmu pengetahuan; aspek afektif, berkembangnya sikap dan kepribadian dan lebih memperhatikan motorik yang dikendalikan oleh kemampuan psikologis dengan bertambahnya keterampilan-keterampilan dan kecakapan-kecakapan baru, Sujdana (1989:51).
Slameto (1991:51) mengemukakan beberapa perubahan prilaku yang dapat digolongkan kepada hasil proses berguru yaitu:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar, artinya individu yang berguru menyadari perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan yang bersifat berkelanjutan dan fungsional, artinya perubahan tersebut berlangsung terus menerus tidak statis.
c. Perubahan tersebut bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan tersebut bukan bersifat sementara.
e. Perubahan tersebut mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang merupakan hasil berguru yang diperoleh dari proses belajar. Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan wacana hasil berguru yaitu semua bentuk perubahan individu setelah melaksanakan proses belajar. Perubahan ini terbentuk akhir penambahan ilmu pengetahuan, kebiasaan, sikap, motivasi, keterampilan dan nilai-nilai.
Hasil berguru akan diketahui dengan jalan melaksanakan evaluasi terhadap proses interaksi berguru mengajar. Hasil evaluasi inilah yang merupakan umpan balik yang berperan sebagai indikator terhadap proses dan hasil interaksi berguru mengajar.
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi antara mahasiswa dengan dosen yang didalamnya terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari dosen kepada mahasiswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Slameto 1991:158). Selanjutnya semoga dapat mengukur dan mengetahui bahwa pembentukan dan pengalihan mendekati 100% tujuan yang dicapai, maka harus dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi diperoleh penilaian yang merupakan episode integral dari proses berguru mengajar.
Disamping itu penilaian / evaluasi berperan untuk mengetahui relevansi materi dan pengalaman berguru mengajar terhadap tujuan. Hasil penilaian ini bermanfaat untuk feed back bagi perbaikan pengajaran selanjutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan akademik yang meliputi keberhasilan mahasiswa, keberhasilan dosen dalam mengajar dan keberhasilan acara pengajaran tersebut.
Hasil penilaian dari keberhasilan berguru mahasiswa di FT UNP, biasanya dinyatakan dalam bentuk alfabetis dan angka-angka. Penilaian biasanya difokuskan pada penguasaan, keterampilan yang diajarkan dalam mata kuliah. Sumber penilaian terhadap indeks prestasi (IP) mahasiswa berdasarkan peran struktur, ujian mid semester, dan kehadiran kuliah.
Adapun standar penilaian yang berlaku di UNP menurut buku pedoman akademik UNP tahun 2005/2006 yaitu dapat menggunakan norma diktatorial yaitu penilaian teladan patokan (PAP) atau dengan norma relatif yakni penilaian teladan normal (PAN). PAP digunakan bila proses berguru menuntut penguasaan yang akurat dan matang untuk mencapai kemahiran dalam kegiatan psikomotorik. Sedangkan PAN digunakan apabila distribusi nilai cukup rendah dari populasi yang cukup besar.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa penilaian terhadap hasil berguru merupakan episode integral dari proses belajar-mengajar.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis ejekan pada episode sebelumnya, penulis mengira bahwa terdapat perbedaan hasil berguru dan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui jalur seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi jalur non reguler pada Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Ft UNP tahun masuk 2006.
C. Hipotesis
Bertitik tolak pada perumusan masalah diatas maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis I
Hi : Terdapat perbedaan hasil berguru antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih besar, berarti hipotesis Hi yang diajukan diterima.
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil berguru antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP, acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih kecil berarti hipotesis H0 yang diajukan diterima.
Hipotesis 2.
Hi : Terdapat perbedaan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP, acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih besar berarti hipotesis Hi yang diajukan diterima.
H0 : Tidak terdapat perbedaan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP, acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih kecil berarti hipotesis H0 yang diajukan diterima.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif komparatif. Hal ini dapat dilihat dari tujuan penelitian yang berusaha untuk menjelaskan data dengan membandingkan antara dua variabel atau lebih sebagaimana adanya (Arikunto, 1989). Dari sifatnya penelitian ini yaitu penelitian ex post facto, yaitu penelitian dilakukan terhadap data-data yang telah selesai berlangsung (Lufri 1999:56). Dalam penelitian ini akan dilihat perbedaan karakteristik dan hasil berguru antara mahasiswa reguler dan mahasiswa non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006.
B. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek yang diteliti, diamati, dan diwawancarai dimana peneliti menarik suatu kesimpulan wacana objek penelitian, yang dapat berupa benda atau peristiwa atau kejadian (Nasution, 1985).
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa Teknik Otomotif FT UNP, jenjang acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006 yang terdaftar semester Juli-Desember 2007. Alasan penentuan populasi hanya pada mahasiswa tahun 2006 karena mahasiswa non reguler Pendidikan Teknik Otomotif gres dibuka pada tahun 2006. Jumlah mahasiswa reguler tahun masuk 2006 yaitu 33 orang dan mahasiswa non reguler 35 orang. Makara jumlah populasi keseluruhannya yaitu 68 orang.
Menurut Arikunto (1998:117) sampel yaitu sebagian dari populasi yang diteliti. Dari jumlah populasi yang ada maka dalam penelitian ini seluruh populasi akan dijadikan sampel (total sampling). Hal ini sesuai dengan pendapat Irawan (1999:183), dimana jumlah populasi yang kurang dari 100 sebaiknya diambil semuanya sebagai sampel.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu:
Variabel bebas (X) yaitu karakteristik mahasiswa.
Variabel terikat (Y) yaitu hasil berguru mahasiswa.
D. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dai dokumen yang sudah atau data yang diperoleh dari data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder pada penelitian ini yaitu hasil berguru (indeks prestasi) mahasiswa yang diperoleh dari pusat komputer dan BAAKPSI UNP. Sedangkan data primer wacana karakteristik mahasiswa diperoleh dari penyebaran angket secara pribadi kepada responden.
E. Waktu dan Tempat Pendidikan
Penelitian ini dilakukan dari 23 Juli 2007 hingga 30 Desember 2007, bertempat di Jurusan Teknik Otomotif FT UNP.
F. Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diharapkan dalam penelitian ini, maka peneliti mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap persiapan
a. Mengurus surat penelitian
b. Menghubungi ketua jurusan Teknik Otomotif FT UNP
c. Membuat angket
Melaksanakan penyebaran angket
Mengumpulkan angket
Mengambil data indeks prestasi mahasiswa pada BAAKSPI UNP.
Mengolah data.
G. Instrumen Penelitian
Bentuk Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dan dokumentasi.
a. Angket
Angket dalam penelitian ini diberikan kepada mahasiswa yang menjadi sampel penelitian untuk mengungkapkan karakteristik mahasiswa. Penyusunan angket berpedoman pada skala likert yang memiliki kegunaan untuk menyatakan besarnya persetujuan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan terdiri dari 5 (lima) alternatif jawaban. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Daftar Skor Jawaban Setiap Pernyataan Berdasarkan Sifatnya.
Pernyataan
Sifat pertanyaan
Positif
Negatif
Sangat oke (SS)
Setuju (ST)
Kurang oke (KS)
Tidak oke (TS)
Sangat tidak oke (STS)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk melihat hasil berguru mahasiswa berdasarkan Laporan Hasil Studi (LHS) mahasiswa pendidikan teknik otomotif yang diterima melalui jalur reguler dan non reguler tahun masuk 2006 selama 2 semester di PUSKOM BAAKSPI UNP.
Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah dalam penyusunan angket ini yaitu (a) pembuatan kisi-kisi berdasarkan indikator, (b) menyusun pernyataan sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Penyusunan angket dibuat dengan mempertimbangkan kemudahan pengisian oleh objek penelitian. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Indikator Instrumen Karakteristik, Jumlah dan Nomor Item Pernyataan
Variabel
Sub variabel
Indikator
Jumlah item
Nomor item
Karakteristik
1. Sikap
a. Kesadaran
30
+1, -2, +12, -13,
+23, +24, dan +25
b. Paksaan
-3 dan -4
c. Target
+6
d. Kebosanan
-5
e. Kebanggaan
+7 dan +8
f. Kecenderungan
-9
g. Pengembangan
+11
h. Wawasan
+10, +28 dan +30
i. Prioritas
+15, -16 dan +27
j. Daya tarik
+14 dan + 29
k. Alokasi waktu
+17, +18, -19, -20 dan +26
l. Tantangan masa depan
+21 dan +22
2. Minat
a. Perhatian
20
+41, -42 dan +46
b. Kesenangan
+31, -32, +34, -38, dan+39
c. Kemauan
+36, -37, +40, +43, dan+45
d. Keinginan
+35, +44, +49 dan -50
e. Kepuasan
+33, -47, dan +48
3. Motivasi
a. Tujuan
17
+51 dan +66
b. Semangat
+52, +54, +58, +62, dan +64
c. Tantangan berguru
-53, +56, +63, +65, dan +67
d. Optimis
-55, +54, +59, +60, dan -61
Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tersebut benar-benar valid (keabsahan) dan reliabel (handal). Validitas instrumen yaitu kemampuan suatu alat ukur bisa mengukur apa yang diukur. Sedangkan reliabilitas yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk memperlihatkan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan daerah yang berbeda. Juga untuk mengetahui pemahaman responden terhadap item-item pernyataan. Untuk melaksanakan uji coba prosedur pelaksanaannya adalah.
a. Responden Uji Coba
Responden uji coba diambil dari luar populasi penelitian yaitu terdiri dari 10 orang dari mahasiswa reguler dan 10 orang dari mahasiswa non reguler. Jumlah keseluruhan responden uji coba sebanyak 20 orang mahasiswa reguler dan non reguler.
b. Pelaksanaan uji coba.
Uji coba data instrumen dilakukan di jurusan Teknik Otomotif FT UNP dengan cara menjumpai responden dan memperlihatkan seperangkat angket untuk diisinya.
Analisis Data Hasil Uji Coba Instrument.
Setelah dilakukan uji coba instrumen, data uji coba yang diperoleh selanjutnya dianalisis tingkat validitas dan reliabilitasnya. Sehingga diperoleh butir-butir instrumen yang gotong royong dan layak untuk dijadikan alat ukur.
a. Uji validitas
Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah butir tersebut sudah valid untuk mengukur indikatornya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan perlindungan acara SPSS (Statistical Product Service Solution) versi 13.00 for windows.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrument. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan acara SPSS (Statistical Product Service Solution) versi 13. For windows.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu ditujukan untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda dari makna yang diinginkan oleh peneliti.
Hasil Belajar
Hasil berguru yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil berguru mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif yang diterima melalui jalur reguler dan non reguler tahun masuk 2006, selama 2 semester. Hasil berguru dicatat berdasarkan Laporan Hasil Studi (LHS) mahasiswa yang dijadikan objek penelitian.
Mahasiswa reguler yaitu mahasiswa yang diterima masuk di UNP melalui seleksi PMDK dan SPMB pada jurusan Teknik Otomotif acara Pendidikan Teknik Otomotif.
Mahasiswa non reguler yaitu mahasiswa yang diterima di UNP melalui seleksi yang diadakan sendiri oleh Universitas Negeri Padang pada jurusan Teknik Otomotif Program Pendidikan Teknik Otomotif.
I. Teknik Analisis Data
Nazir, M (1988:16) menyatakan teknik analisis data dalam suatu penelitian tergantung pada jenis penelitian, tujuan penelitian dan sifat penelitian. Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik statistik komparatif deskriptif. Sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Maka ada penelitian yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus t-test sebagaimana yang dijabarkan (Sugiyono, 1998) berikut:
Keterangan
= rata-rata skor kelompok pertama
= rata-rata skor kelompok kedua
S12 = varians kelompok pertama
S22 = varians kelompok kedua
n1 = jumlah anggota kelompok pertama
n2 = jumlah anggota kelompok kedua
Nilai thitung dengan rumus diatas kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika thitung lebih besar dari ttabel (thit > ttab) berarti hipotesis H1 yang diajukan diterima. Sebaliknya jikalau thitung lebih kecil dari ttabel (thit < ttab) berarti H1 ditolak. Rumus di atas diolah dengan menggunakan perlindungan analisis acara SPSS (Statistical Product Service Solution) versi13.00.for windows.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhaisimi. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta : Depdikbud Dikti P2LPTK.
Azwar, Saifuddin. 1998. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Ellis, H. James. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: IKIP Jakarta.
Gambut, Amran. 2007.”Pidato Dekan Pada Acara Penyerahan Ijazah Wisudawan/wati PadaWisuda ke-79”. Padang : FT UNP.
Herzbeg, at all. 1976. The Motivation to Work. New York: Jhon Wiley and Sons Inc.
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru.
Hudoyono, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Hurock, Elzabeth. B. 1996. Perkembangan Anak. Terjemahan: Erlangga.
Hasibuan, Melayu. 2003. Organisasi & Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hornby. A.S. 1985. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford USA: Oxford University Pres.
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Idrus dan Ishak. 1997. Analisis Hasil Belajar. Padang: Kanwil Depdikbud Prog. Sumatera Barat.
Irawan, Prasetya. 1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press.
Irawan, Prasetya. 1995. Mengajar Teori Belajar, Motivasi, Dan Keterampilan Mengajar.Jakarta: PAU-PPAI.
Joesmani. 1988. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Klesler, at all. 1975. Education Psycologi. New York:Publishing Company.
Kartono, Karmi. 1982. Teori Keperibadian. Bandung: Alumni.
Lufri, Kumaldi. 1996. Prestasi Belajar Mahasiswa IKIPPadang menurut Model Seleksi: Forum Pendidikan Vol.21 (02): 81-100. Padang: MRC Press.
Lufri dan Ardi. 1999. Metodologi Penelitian. Padang: FMIPA UNP.
Nasution, A.H. 1985. Statistik Dalam Pendidikan. Padang: IKIP Padang.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Prayitno. 1973. Psikologi Pendidikan. Padang: FIP IKIP Padang.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
Rose, Colin, at all. 2002. Accelerated learning for 21st Century. Jakarta: Nuansa.
Sarwono, Sarlito Wirawan (1976). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sarlito. 1991. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Hana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulaiman, Dina. Y. 2007. Mukjizat Abad 20 Doktor Cilik Hafal dan Paham Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka 11 MAN.
Universitas Negeri Padang. 2005. Buku Panduan UNP Tahun Akademik 2005/2006. Padang: UNP.
Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Walgito, Bimo. 1981. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Whiterinton, H Carl. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Terjemahan H. Bukhari.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Sistem seleksi penerimaan mahasiswa gres melalui jalur non reguler untuk meningkatkan mutu masukan dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan jurusan Pendidikan Teknik Otomotif FT UNP.
Beredarnya persepsi masyarakat kampus bahwa Indeks Prestasi (IP) mahasiswa yang masuk jalur Non reguler lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa reguler.
Mengetahui karakteristik mahasiswa yang masuk melalui jalur non reguler dan reguler.
Membandingkan hasil berguru dan karakteristik mahasiswa reguler dan non reguler.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah semoga penelitian ini dapat terarah. Pokok bahasan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah “Perbedaan Hasil Belajar dan Karakteristik Mahasiswa Reguler dan non reguler Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Tahun masuk 2006 Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang”.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil berguru dan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui jalur reguler dan non reguler acara studi Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan:
Perbedaan hasil berguru mahasiswa reguler dan non reguler pada acara studi Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Otomotif tahun masuk 2006.
Perbedaan karakteristik antara mahasiswa reguler dan non reguler pada acara studi Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Otomotif.
F. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan manfaat sebagai berikut:
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pertimbangan dalam merencanakan atau menyusun bentuk penyeleksian calon mahasiswa khususnya mahasiswa non reguler di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini dapat juga menjadi materi masukan bagi jurusan Teknik Otomotif wacana perbedaan hasil berguru mahasiswa reguler dan non reguler sehingga dapat melaksanakan pembenahan di Jurusan Teknik Otomotif.
Bahan tumpuan bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Mahasiswa Jalur Reguler
Mahasiswa jalur Reguler yaitu mahasiswa yang diterima melalui proses penyeleksian jalur reguler. Proses penyeleksian jalur reguler selama ini dilakukan melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang terdiri dari atas UMPTN dan PMDK. Proses seleksi penerimaan mahasiswa gres dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pendidikan tinggi dan mengakomodasikan relevansi kebutuhan serta ketersediaan lapangan kerja yang ada.
Tujuan seleksi UMPTN yaitu untuk memilih calon mahasiswa gres yang mempunyai kemampuan akademik untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Kemampuan berguru calon mahasiswa di perguruan tinggi diramalkan atas skor ujian masuk / tes yang dilaksanakan dalam 2 hari. Oleh karena itu, sebagian pendapat menyatakan bahwa dalam waktu yang singkat dan soal yang sedemikian rumit, memang pantas mendapatkan dingklik perguruan tinggi yang diinginkan.
Sedangkan pola seleksi PMDK didasarkan atas keberhasilan siswa selama berguru di SMU dan SMK dilihat dari prestasi akademiknya. Seleksi ini berpedoman pada rekomendasi Kepala Sekolah setempat yang menyatakan bahwa calon tersebut yaitu lulusan yang mempunyai hasil berguru dan memenuhi persyaratan tertentu untuk penetapan PMDK.
B.Mahasiswa Jalur Non Reguler
Mahasiswa jalur non reguler yaitu mahasiswa yang diterima melalui proses penyeleksian oleh setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pada dasarnya jalur non reguler, diarahkan untuk menampung mahasiswa yang telah bekerja. Dengan demikian sesuai dengan aturan Dirjen Dikti, penerimaan mahasiswa gres melalui jalur non reguler awalnya tidak dibuka untuk lulusan SLTA. Namun pada tahun 2002 Dirjen Dikti Depdiknas mengeluarkan Surat Keputusan No. 28/Dikti/Kep/2002 wacana penyelenggaraan acara non reguler di PTN yang statusnya disamakan dengan mahasiswa reguler. Dengan demikian, Dirjen Dikti telah menyetujui PTN menyelenggarakan acara non reguler. Sehingga lulusannya diakui sama dengan lulusan acara reguler.
Berbeda dengan jalur reguler yang dilaksanakan secara bersama-sama dan serentak di seluruh Indonesia, jalur non reguler diselenggarakan oleh perguruan tinggi masing-masing. Tujuan utama dibukanya acara non reguler di PTN yaitu untuk menampung siswa yang tidak lulus masuk melalui jalur reguler.
3. Karakteristik Mahasiswa
Kamus umum bahasa Indonesia mendefinisikan abjad sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, atau kebijaksanaan pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain (Poerwadarminta, 1976). Sejalan dengan itu, (Hornby, 1985) mengartikan abjad sebagai watak (mental), kekuatan watak (moral strength), kemampuan dan kualitas yang menjadikan pembeda seseorang atau benda dengan yang lainnya (abilities and qualities).
Winkel, W.S. (1999:149) menyatakan bahwa abjad ialah keseluruhan hasrat-hasrat insan yang terarah pada suatu tujuan yang mengandung nilai moralitas, mengacu pada gaya hidup seseorang, tingkah laku yang konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Pada tahap ini seseorang mempunyai sistem nilai yang dapat mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan hingga dapat membentuk gaya yang luas, berbeda dengan orang lain.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik mahasiswa sangat erat kaitannya dengan sifat dasarnya dan menunjuk pada suatu aspek dalam kepribadian yaitu keseluruhan sifat-sifat individual seseorang yang dapat memperlihatkan pengaruh terhadap proses pembelajaran.
Ditinjau dari sifat dasar ada lima karakteristik mahasiswa dalam proses pembelajaran yaitu: (a) intelegensi, (b) sikap, (c) bakat, (d) minat, dan (e) motivasi (Syah, 1996). Namun untuk mencapai sukses, mahasiswa dituntut untuk bertekad dan berusaha semoga menjadi mahasiswa yang unggul, penuh semangat dan penuh gairah mengikuti studi. Mengikuti studi secara sungguh-sungguh dengan penuh perhatian untuk membina pengetahuan ilmiah seluas-luasnya.
Dalam penelitian ini sub variabel karakteristik mahasiswa disusun berdasarkan pendapat Syah, (1996) yang terdiri dari (a) sikap, (b) minat dan (c) motivasi.
a. Sikap Belajar
Sikap dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan pandangan seseorang terhadap suatu objek tertentu, pembawaan dan tingkah laku. Sikap dalam bahasa Inggrisnya disebut attitude yaitu suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.
Menurut Ellis (1998:141) yang sangat memegang penting dalam sikap yaitu faktor perasaan atau emosi dan reaksi / respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi, sikap selalu bekerjasama dengan dua alternatif yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike). Ada beberapa faktor lain yang mensugesti yaitu bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan.
Beberapa jago psikologi berpendapat bahwa sikap yaitu merupakan kecenderungan seseorang bereaksi terhadap suatu objek tertentu sesuai dengan pengalaman dan kondisi lingkungannya (Klesler, Collins, Miller dan Fishben, 1975:6).
Winkel (1984:30) memperlihatkan batasan bahwa yang dimaksud dengan sikap yaitu : “Kecenderungan dalam diri subjek mendapatkan atau menolak objek berdasarkan pada penilaian objek itu sebagai objek yang berharga”.Menurut Joesmani (1988:61) “Sikap yaitu kecenderungan seseorang terhadap objek, dimana kecenderungan itu bisa oke atau tidak setuju, atau diantara kedua rentang itu”.
Dalam kehidupan setiap individu mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan sesuatu yang ada di sekitarnya atau lingkungan dimana ia berada, baik terhadap gejala-gejala sosial maupun aktivitas-aktivitas tertentu. Untuk mengadakan interaksi ini, sikap merupakan salah satu faktor yang dapat memperlihatkan penilaian apakah objek yang ada di sekitarnya berharga atau tidak bagi dirinya. Sikap merupakan salah satu aspek psikis atau mental yang akan membentuk pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mensugesti setiap kegiatan yang akan dilakukan didalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sikap akan turut menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan memperlihatkan penilaian terhadap objek-objek tertentu. Sikap belum merupakan tingkah laku, melainkan kecenderungan untuk bertindak.
Sarwono (1976) mengatakan bahwa sikap ini dapat bersifat positif atau bersifat negatif. Syah (1996) mengemukakan bahwa sikap mahasiswa yang positif terutama pada Staf Pengajar dan mata kuliah yang disajikan merupakan menandakan awal yang baik bagi proses pembelajaran mahasiswa. Sebaliknya, sikap negatif mahasiswa terhadap staf pengajar dan mata kuliah, kemudian diiringi kebencian maka dapat menimbulkan kesulitan belajar.
Faktor pendorong sikap untuk melaksanakan sesuatu terdiri dari beberapa faktor. Herzbeg (1976) membagi atas enam faktor yaitu (1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, sobat sejawat ataupun orang lain, (2) prestasi yaitu prestasi berguru yang dicapai oleh seseorang dalam belajar, (3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan, (4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya, (5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan peran sempurna pada waktunya, (6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan peran yang gres dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar.
Menurut Sarlito (1991:138) di dalam sikap terdapat tiga komponen yaitu: (1) komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki. Seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan dan keyakinan wacana objek, (2) komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian, dan (3) komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
Ketiga komponen di atas saling bekerjasama satu sama lainnya. Komponen perilaku dipengaruhi oleh komponen kognitif dan afektif. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu objek, maka ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan dari objek itu. Sebaliknya, ia akan memiliki sikap yang negatif terhadap objek itu. maka ia akan mengecam mencela, dan menghindari objek tersebut.
Sikap dapat dibentuk sebagai hasil dari suatu yang dipelajari. Sikap bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, guru dan teman. Sebaliknya sikap juga dapat dipengaruhi perbuatan dan tingkah laku seseorang (Azwar, 1998;15).
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan dalam merespon sebelum atau sewaktu melaksanakan tindakan atau aktivitas. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif yang mengandung tiga komponen sekaligus yaitu komponen kognisi yang akan mengungkapkan apa yang dipikirkan seseorang terhadap objek, komponen afeksi mengungkapkan wacana apa yang dirasakan dan komponen prilaku mengungkapkan bagaimana kesetiaan seseorang untuk bertindak terhadap objek (menerima atau menolak).
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, seseorang dikatakan berguru bila dapat diasumsi dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang menjadikan suatu perubahan tingkah laku.
Winkel (1999) memperlihatkan definisi berguru yang bersifat komprehensif yaitu suatu proses dari belum bisa ke arah mampu. Belajar yaitu suatu acara mental psikis yang berlangsung dalam integrasi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-nilai dan sikap.
Idrus (1993:5) menyatakan bahwa berguru merupakan kegiatan yang aktif dalam bentuk mengamati, memikirkan dan memahami sesuatu yang dipelajari. Dengan berguru akan terjadi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman.
Sardiman (1996:23) memperlihatkan definisi berguru yaitu rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko dan fisik , untuk menuju ke perkembangan pribadi insan seutuhya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Sudjana (1991) lebih memperjelas mengenai berguru yang mempunyai tiga ciri kelompok yaitu (a) terjadinya tingkah laku gres berupa kemampuan nyata dan potensial, (b) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan (c) kemampuan gres diperoleh melalui usaha.
Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa berguru merupakan acara yang menghasilkan perubahan gres pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor berupa kemampuan yang nyata dan potensial didapatkan dari usaha dalam waktu yang berkesinambungan.
Berdasarkan uraian data dapat disimpulkan bahwa sikap berguru yaitu kesiapan atau kecenderungan mahasiswa dalam merespon sebelum atau sewaktu melaksanakan acara belajar. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif.
Dari uraian data di atas dapat dirangkum bahwa indikator sikap mahasiswa dalam penelitian ini yaitu (a) kesadaran, (b) paksaan, (c) target, (d) kebosanan, (e) kebanggaan, (f) kecenderungan, (g) pengembangan, (h) wawasan, (i) prioritas, (j) daya tarik, (k) alokasi waktu, dan (l) tantangan masa depan.
b. Minat Belajar
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat yaitu salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih berpengaruh untuk bekerjasama lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat yaitu sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai harapan untuk mengetahui dan mempelajari serta bisa membuktikan lebih lanjut.
Winkel (1999) menjelaskan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan jiwa yang bersifat menetap dalam diri seseorang untuk merasa senang dan tertarik kepada hal-hal tertentu. Selanjutnya Hurlok (1996) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan apa yang mereka inginkan dan mereka bebas memilih. Apabila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat untuk melakukannya, kemudian akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi mereka.
Minat mahasiswa juga sangat mensugesti cara belajarnya. Jika mereka tertarik terhadap mata kuliah tertentu, maka minat berguru cenderung menjadi tinggi, kegiatan berguru pun menjadi meningkat dalam arti mahasiswa akan lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan belajar. Hal ini ditegaskan Hurlock (1996), bahwa mahasiswa yang berminat terhadap suatu kegiatan berguru akan berusaha lebih keras untuk memahami materi pembelajaran dibanding mahasiswa yang kurang berminat terhadap kegiatan berguru tersebut. Oleh karena itu, jikalau guru atau dosen berharap semoga proses berguru mengajar terlaksana secara optimal, maka guru atau dosen harus bisa merangsang minat dan motivasi siswa atau mahasiswa mengikuti kegiatan berguru mengajar.
Suryabrata (1984) mengkategorikan minat berguru kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter yaitu minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter yaitu minat yang timbul akhir pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter yaitu minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
Walaupun ketiga unsur yang mensugesti timbulnya minat dalam diri keadaan yang berbeda, namun kesemuanya menunjukkan bahwa minat merupakan unsur penting untuk menimbulkan perhatian berguru siswa atau mahasiswa. Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan memungkinkan tercapainya konsentrasi untuk waktu yang lama. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan konsentrasi, sehingga suatu mata kuliah hanya dapat dipelajari dengan baik apabila mahasiswa dapat konsentrasi terhadap pelajaran itu.
Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan minat yaitu pemusatan perhatian serta diiringi oleh suatu usaha-usaha untuk mencapai suatu tujuan. Minat disamping episode dari pengembangan pribadi, juga berlaku sebagai indikator dari motivasi dan sikap. Dari uraian di atas tampak bahwa ada keterkaitan antara sikap dan minat. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu relasi diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin bersahabat dan berpengaruh relasi tersebut, maka minat akan semakin besar. Minat merupakan landasan atau fondasi bagi bangunan konsentrasi yang harus diciptakan.
Jadi, minat berguru yaitu pemusatan perhatian individu terhadap objek, situasi acara dan pekerjaan yang menarik perhatian dalam perubahan tingkah laku meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dari uraian di atas dapat dirangkum bahwa indikator minat mahasiswa dalam penelitian ini yaitu (a) perhatian, (b) kesenangan, (c) kemauan, (d) keinginan, dan (e) kepuasan.
c. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Wayne (dalam Hasibuan, 2004:219) mengemukakan “Motivasi yaitu salah satu kekuatan yang dihasilkan dari harapan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya”. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2003:73) Motivasi yaitu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Wlodkowski (dalam Irawan, 1995:41) menjelaskan bahwa motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Menurut Danim (2004:2) motivasi memuat tiga unsur, yaitu (1) faktor, pendorong atau pembangkit motif, (2) tujuan yang ingin dicapai dan (3) taktik yang diperlukan.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2003:74) Motivasi memuat tiga elemen penting, yaitu (1) motivasi mengawali perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perubahan energi tersebut nampak dari kegiatan fisik manusia, (2) motivasi relevan dengan masalah kejiwaan dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, dan (3) motivasi terangsang karena ada tujuan.
Dengan ke tiga elemen di atas dapat dikatakan bahwa motivasi sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melaksanakan sesuatu (Sardiman, 2003:75).
Motivasi berguru merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual peranannya sangat erat dalam menimbulkan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar. Untuk dapat berguru dengan baik diharapkan proses dan motivasi yang baik pula. Dalam hal ini Sardiman (2003:77) menegaskan bahwa motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Kegiatan berguru yang tidak melalui proses dengan motivasi yang baik, atau mungkin karena rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial terperinci akan menghasilkan hasil berguru yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa motivasi yaitu dorongan dan usaha yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri manusia, sehingga akan mensugesti gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi kemudian bertindak atau melaksanakan sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan atau melaksanakan sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan atau harapan yang baik. Motivasi berguru yaitu keseluruhan daya pelopor di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memperlihatkan arah pada kegiatan belajar, dan yang memperlihatkan arah pada kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat dirangkum bahwa indikator motivasi mahasiswa dalam penelitian ini yaitu (1) tujuan, (2) keinginan, (3) semangat, (4) tantangan, (5) usaha, (6) optimis.
4. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat, adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Kemampuan orang untuk berguru merupakan ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk lain. Hudoyo (1988:1) menyatakan bahwa berguru merupakan perubahan tingkah laku dalam waktu yang relatif lama disertai dengan usaha oleh seseorang dari tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakannya. Senada dengan pendapat tersebut Sardiman (2007:22) mengemukakan bahwa berguru merupakan suatu usaha untuk menguasai ilmu pengetahuan menuju terbentuknya kepribadian sutuhnya.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berguru merupakan proses perubahan tingkah laku akhir adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Hasil berguru yaitu hasil yang diperoleh dari proses belajar. Prayitno (1998:35) mendefinisikan “hasil berguru yaitu sebagai suatu yang diperoleh / dikuasai yang merupakan hasil adanya suatu proses berguru mengajar”.
Pendapat yang sehubungan dengan hasil berguru juga dikemukakan oleh Hamalik (1986:21). Hasil berguru yaitu tingkah yang timbul, misalnya dari tidak tahu, timbul pengertian-pengertian gres perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan kesanggupan, menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial emosional, dan pertumbuhan jasmani.
Hasil berguru yaitu perubahan tingkah laku yang mencakup bidang psikolog insan yaitu: aspek kognitif, berkembangnya kemampuan berfikir karena sudah mendapatkan banyak sekali macam ilmu pengetahuan; aspek afektif, berkembangnya sikap dan kepribadian dan lebih memperhatikan motorik yang dikendalikan oleh kemampuan psikologis dengan bertambahnya keterampilan-keterampilan dan kecakapan-kecakapan baru, Sujdana (1989:51).
Slameto (1991:51) mengemukakan beberapa perubahan prilaku yang dapat digolongkan kepada hasil proses berguru yaitu:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar, artinya individu yang berguru menyadari perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan yang bersifat berkelanjutan dan fungsional, artinya perubahan tersebut berlangsung terus menerus tidak statis.
c. Perubahan tersebut bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan tersebut bukan bersifat sementara.
e. Perubahan tersebut mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang merupakan hasil berguru yang diperoleh dari proses belajar. Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan wacana hasil berguru yaitu semua bentuk perubahan individu setelah melaksanakan proses belajar. Perubahan ini terbentuk akhir penambahan ilmu pengetahuan, kebiasaan, sikap, motivasi, keterampilan dan nilai-nilai.
Hasil berguru akan diketahui dengan jalan melaksanakan evaluasi terhadap proses interaksi berguru mengajar. Hasil evaluasi inilah yang merupakan umpan balik yang berperan sebagai indikator terhadap proses dan hasil interaksi berguru mengajar.
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi antara mahasiswa dengan dosen yang didalamnya terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari dosen kepada mahasiswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Slameto 1991:158). Selanjutnya semoga dapat mengukur dan mengetahui bahwa pembentukan dan pengalihan mendekati 100% tujuan yang dicapai, maka harus dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi diperoleh penilaian yang merupakan episode integral dari proses berguru mengajar.
Disamping itu penilaian / evaluasi berperan untuk mengetahui relevansi materi dan pengalaman berguru mengajar terhadap tujuan. Hasil penilaian ini bermanfaat untuk feed back bagi perbaikan pengajaran selanjutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan akademik yang meliputi keberhasilan mahasiswa, keberhasilan dosen dalam mengajar dan keberhasilan acara pengajaran tersebut.
Hasil penilaian dari keberhasilan berguru mahasiswa di FT UNP, biasanya dinyatakan dalam bentuk alfabetis dan angka-angka. Penilaian biasanya difokuskan pada penguasaan, keterampilan yang diajarkan dalam mata kuliah. Sumber penilaian terhadap indeks prestasi (IP) mahasiswa berdasarkan peran struktur, ujian mid semester, dan kehadiran kuliah.
Adapun standar penilaian yang berlaku di UNP menurut buku pedoman akademik UNP tahun 2005/2006 yaitu dapat menggunakan norma diktatorial yaitu penilaian teladan patokan (PAP) atau dengan norma relatif yakni penilaian teladan normal (PAN). PAP digunakan bila proses berguru menuntut penguasaan yang akurat dan matang untuk mencapai kemahiran dalam kegiatan psikomotorik. Sedangkan PAN digunakan apabila distribusi nilai cukup rendah dari populasi yang cukup besar.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa penilaian terhadap hasil berguru merupakan episode integral dari proses belajar-mengajar.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis ejekan pada episode sebelumnya, penulis mengira bahwa terdapat perbedaan hasil berguru dan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui jalur seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi jalur non reguler pada Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Ft UNP tahun masuk 2006.
C. Hipotesis
Bertitik tolak pada perumusan masalah diatas maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis I
Hi : Terdapat perbedaan hasil berguru antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih besar, berarti hipotesis Hi yang diajukan diterima.
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil berguru antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP, acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih kecil berarti hipotesis H0 yang diajukan diterima.
Hipotesis 2.
Hi : Terdapat perbedaan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP, acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih besar berarti hipotesis Hi yang diajukan diterima.
H0 : Tidak terdapat perbedaan karakteristik antara mahasiswa yang diterima melalui seleksi reguler dengan mahasiswa yang diterima melalui seleksi non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP, acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006. Jika nilai thitung yang diperoleh melalui rumus t-test kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel lebih kecil berarti hipotesis H0 yang diajukan diterima.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif komparatif. Hal ini dapat dilihat dari tujuan penelitian yang berusaha untuk menjelaskan data dengan membandingkan antara dua variabel atau lebih sebagaimana adanya (Arikunto, 1989). Dari sifatnya penelitian ini yaitu penelitian ex post facto, yaitu penelitian dilakukan terhadap data-data yang telah selesai berlangsung (Lufri 1999:56). Dalam penelitian ini akan dilihat perbedaan karakteristik dan hasil berguru antara mahasiswa reguler dan mahasiswa non reguler pada jurusan Teknik Otomotif FT UNP acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006.
B. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek yang diteliti, diamati, dan diwawancarai dimana peneliti menarik suatu kesimpulan wacana objek penelitian, yang dapat berupa benda atau peristiwa atau kejadian (Nasution, 1985).
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa Teknik Otomotif FT UNP, jenjang acara Pendidikan Teknik Otomotif tahun masuk 2006 yang terdaftar semester Juli-Desember 2007. Alasan penentuan populasi hanya pada mahasiswa tahun 2006 karena mahasiswa non reguler Pendidikan Teknik Otomotif gres dibuka pada tahun 2006. Jumlah mahasiswa reguler tahun masuk 2006 yaitu 33 orang dan mahasiswa non reguler 35 orang. Makara jumlah populasi keseluruhannya yaitu 68 orang.
Menurut Arikunto (1998:117) sampel yaitu sebagian dari populasi yang diteliti. Dari jumlah populasi yang ada maka dalam penelitian ini seluruh populasi akan dijadikan sampel (total sampling). Hal ini sesuai dengan pendapat Irawan (1999:183), dimana jumlah populasi yang kurang dari 100 sebaiknya diambil semuanya sebagai sampel.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu:
Variabel bebas (X) yaitu karakteristik mahasiswa.
Variabel terikat (Y) yaitu hasil berguru mahasiswa.
D. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dai dokumen yang sudah atau data yang diperoleh dari data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder pada penelitian ini yaitu hasil berguru (indeks prestasi) mahasiswa yang diperoleh dari pusat komputer dan BAAKPSI UNP. Sedangkan data primer wacana karakteristik mahasiswa diperoleh dari penyebaran angket secara pribadi kepada responden.
E. Waktu dan Tempat Pendidikan
Penelitian ini dilakukan dari 23 Juli 2007 hingga 30 Desember 2007, bertempat di Jurusan Teknik Otomotif FT UNP.
F. Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diharapkan dalam penelitian ini, maka peneliti mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap persiapan
a. Mengurus surat penelitian
b. Menghubungi ketua jurusan Teknik Otomotif FT UNP
c. Membuat angket
Melaksanakan penyebaran angket
Mengumpulkan angket
Mengambil data indeks prestasi mahasiswa pada BAAKSPI UNP.
Mengolah data.
G. Instrumen Penelitian
Bentuk Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dan dokumentasi.
a. Angket
Angket dalam penelitian ini diberikan kepada mahasiswa yang menjadi sampel penelitian untuk mengungkapkan karakteristik mahasiswa. Penyusunan angket berpedoman pada skala likert yang memiliki kegunaan untuk menyatakan besarnya persetujuan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan terdiri dari 5 (lima) alternatif jawaban. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Daftar Skor Jawaban Setiap Pernyataan Berdasarkan Sifatnya.
Pernyataan
Sifat pertanyaan
Positif
Negatif
Sangat oke (SS)
Setuju (ST)
Kurang oke (KS)
Tidak oke (TS)
Sangat tidak oke (STS)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk melihat hasil berguru mahasiswa berdasarkan Laporan Hasil Studi (LHS) mahasiswa pendidikan teknik otomotif yang diterima melalui jalur reguler dan non reguler tahun masuk 2006 selama 2 semester di PUSKOM BAAKSPI UNP.
Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah dalam penyusunan angket ini yaitu (a) pembuatan kisi-kisi berdasarkan indikator, (b) menyusun pernyataan sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Penyusunan angket dibuat dengan mempertimbangkan kemudahan pengisian oleh objek penelitian. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Indikator Instrumen Karakteristik, Jumlah dan Nomor Item Pernyataan
Variabel
Sub variabel
Indikator
Jumlah item
Nomor item
Karakteristik
1. Sikap
a. Kesadaran
30
+1, -2, +12, -13,
+23, +24, dan +25
b. Paksaan
-3 dan -4
c. Target
+6
d. Kebosanan
-5
e. Kebanggaan
+7 dan +8
f. Kecenderungan
-9
g. Pengembangan
+11
h. Wawasan
+10, +28 dan +30
i. Prioritas
+15, -16 dan +27
j. Daya tarik
+14 dan + 29
k. Alokasi waktu
+17, +18, -19, -20 dan +26
l. Tantangan masa depan
+21 dan +22
2. Minat
a. Perhatian
20
+41, -42 dan +46
b. Kesenangan
+31, -32, +34, -38, dan+39
c. Kemauan
+36, -37, +40, +43, dan+45
d. Keinginan
+35, +44, +49 dan -50
e. Kepuasan
+33, -47, dan +48
3. Motivasi
a. Tujuan
17
+51 dan +66
b. Semangat
+52, +54, +58, +62, dan +64
c. Tantangan berguru
-53, +56, +63, +65, dan +67
d. Optimis
-55, +54, +59, +60, dan -61
Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tersebut benar-benar valid (keabsahan) dan reliabel (handal). Validitas instrumen yaitu kemampuan suatu alat ukur bisa mengukur apa yang diukur. Sedangkan reliabilitas yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk memperlihatkan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan daerah yang berbeda. Juga untuk mengetahui pemahaman responden terhadap item-item pernyataan. Untuk melaksanakan uji coba prosedur pelaksanaannya adalah.
a. Responden Uji Coba
Responden uji coba diambil dari luar populasi penelitian yaitu terdiri dari 10 orang dari mahasiswa reguler dan 10 orang dari mahasiswa non reguler. Jumlah keseluruhan responden uji coba sebanyak 20 orang mahasiswa reguler dan non reguler.
b. Pelaksanaan uji coba.
Uji coba data instrumen dilakukan di jurusan Teknik Otomotif FT UNP dengan cara menjumpai responden dan memperlihatkan seperangkat angket untuk diisinya.
Analisis Data Hasil Uji Coba Instrument.
Setelah dilakukan uji coba instrumen, data uji coba yang diperoleh selanjutnya dianalisis tingkat validitas dan reliabilitasnya. Sehingga diperoleh butir-butir instrumen yang gotong royong dan layak untuk dijadikan alat ukur.
a. Uji validitas
Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah butir tersebut sudah valid untuk mengukur indikatornya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan perlindungan acara SPSS (Statistical Product Service Solution) versi 13.00 for windows.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrument. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan acara SPSS (Statistical Product Service Solution) versi 13. For windows.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu ditujukan untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda dari makna yang diinginkan oleh peneliti.
Hasil Belajar
Hasil berguru yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil berguru mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif yang diterima melalui jalur reguler dan non reguler tahun masuk 2006, selama 2 semester. Hasil berguru dicatat berdasarkan Laporan Hasil Studi (LHS) mahasiswa yang dijadikan objek penelitian.
Mahasiswa reguler yaitu mahasiswa yang diterima masuk di UNP melalui seleksi PMDK dan SPMB pada jurusan Teknik Otomotif acara Pendidikan Teknik Otomotif.
Mahasiswa non reguler yaitu mahasiswa yang diterima di UNP melalui seleksi yang diadakan sendiri oleh Universitas Negeri Padang pada jurusan Teknik Otomotif Program Pendidikan Teknik Otomotif.
I. Teknik Analisis Data
Nazir, M (1988:16) menyatakan teknik analisis data dalam suatu penelitian tergantung pada jenis penelitian, tujuan penelitian dan sifat penelitian. Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik statistik komparatif deskriptif. Sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Maka ada penelitian yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus t-test sebagaimana yang dijabarkan (Sugiyono, 1998) berikut:
Keterangan
= rata-rata skor kelompok pertama
= rata-rata skor kelompok kedua
S12 = varians kelompok pertama
S22 = varians kelompok kedua
n1 = jumlah anggota kelompok pertama
n2 = jumlah anggota kelompok kedua
Nilai thitung dengan rumus diatas kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika thitung lebih besar dari ttabel (thit > ttab) berarti hipotesis H1 yang diajukan diterima. Sebaliknya jikalau thitung lebih kecil dari ttabel (thit < ttab) berarti H1 ditolak. Rumus di atas diolah dengan menggunakan perlindungan analisis acara SPSS (Statistical Product Service Solution) versi13.00.for windows.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhaisimi. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta : Depdikbud Dikti P2LPTK.
Azwar, Saifuddin. 1998. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Ellis, H. James. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: IKIP Jakarta.
Gambut, Amran. 2007.”Pidato Dekan Pada Acara Penyerahan Ijazah Wisudawan/wati PadaWisuda ke-79”. Padang : FT UNP.
Herzbeg, at all. 1976. The Motivation to Work. New York: Jhon Wiley and Sons Inc.
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru.
Hudoyono, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Hurock, Elzabeth. B. 1996. Perkembangan Anak. Terjemahan: Erlangga.
Hasibuan, Melayu. 2003. Organisasi & Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hornby. A.S. 1985. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford USA: Oxford University Pres.
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Idrus dan Ishak. 1997. Analisis Hasil Belajar. Padang: Kanwil Depdikbud Prog. Sumatera Barat.
Irawan, Prasetya. 1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press.
Irawan, Prasetya. 1995. Mengajar Teori Belajar, Motivasi, Dan Keterampilan Mengajar.Jakarta: PAU-PPAI.
Joesmani. 1988. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Klesler, at all. 1975. Education Psycologi. New York:Publishing Company.
Kartono, Karmi. 1982. Teori Keperibadian. Bandung: Alumni.
Lufri, Kumaldi. 1996. Prestasi Belajar Mahasiswa IKIPPadang menurut Model Seleksi: Forum Pendidikan Vol.21 (02): 81-100. Padang: MRC Press.
Lufri dan Ardi. 1999. Metodologi Penelitian. Padang: FMIPA UNP.
Nasution, A.H. 1985. Statistik Dalam Pendidikan. Padang: IKIP Padang.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Prayitno. 1973. Psikologi Pendidikan. Padang: FIP IKIP Padang.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
Rose, Colin, at all. 2002. Accelerated learning for 21st Century. Jakarta: Nuansa.
Sarwono, Sarlito Wirawan (1976). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sarlito. 1991. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Hana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulaiman, Dina. Y. 2007. Mukjizat Abad 20 Doktor Cilik Hafal dan Paham Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka 11 MAN.
Universitas Negeri Padang. 2005. Buku Panduan UNP Tahun Akademik 2005/2006. Padang: UNP.
Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Walgito, Bimo. 1981. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Whiterinton, H Carl. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Terjemahan H. Bukhari.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.
0 comments
Post a Comment