Berbagai kebiasaan orang jepang bekerjsama banyak dibicarakan, baik oleh orang-orang di Indonesia maupun orang-orang yang ada di dunia.
Mereka membicarakan kebiasaan orang Jepang yang sangat unik bagi mereka, yang berbeda dengan orang-orang di dunia pada umumnya.
Jepang merupakan negara maju yang sangat terkenal dengan kedisiplinan, keuletan, tidak mudah mengalah dan juga kondisi sosial dan normanya yang berlaku di masyarakat.
Sebenarnya orang-orang Indonesia tidaklah kalah jauh dengan orang jepang, sehingga jangan berkecil hati dan tetap optimis.
Yang menjadi pembahasan pada kali ini yaitu aneka macam kebiasaan orang jepang, ada yang menurut kita baik, bahkan ada yang unik, tetapi ada juga sebagian kebiasaan orang Jepang yang dianggap buruk bagi kita (karena memang tidak ada yang sempurna).
Berbagai kebiasaan baik yang ada pada diri masyarakat jepang maka patut dicontoh. Adapun kebiasaan buruknya mampu kita tinggalkan (jangan diikuti).
Kebiasaan baik orang jepang sehari-hari yang patut dicontoh
1. Orang jepang rajin membaca
Orang jepang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca dibandingkan menonton televisi. Mereka menjadikan membaca sebagai budaya yang harus dilakukan berjam-jam dalam sehari.
Ketika naik kereta, sebagian besar dari mereka membaca, entah itu koran, novel, buku umum, buku pengetahuan, dll.
Di Jepang, profesi penerjemah buku absurd ke bahasa Jepang sangat banyak, hal ini sudah diterapkan semenjak 1684, dimana pemerintah wilayah Jepang berusaha menerapkan budaya membaca pada masyarakatnya, guna memperbesar wawasan dan melatih ketajaman otak mereka.
Beberapa budaya kebiasaan orang-orang jepang yang patut dicontoh, ibarat membaca di transportasi umum. Apabila Anda seringnya melihat orang sibuk dengan gadget ketika di transportasi umum, maka kita akan melihat pemandangan berbeda dikala berada di Jepang.
Di jepang, orang selalu membaca buku dikala bepergian atau dikala diperjalanan untuk mengusir rasa bosan. Hal kedua yang patut dicontoh yaitu tachiyomi, merupakan aktivitas membaca buku secara gratis yang dilakukan sambil berdiri di di dalam toko buku.
Di Jepang, umumnya toko buku menyediakan sebagian buku-buku yang pembungkusnya terbuka, biar dipersilahkan kepada orang-orang untuk membaca secara gratis, asalkan tidak merusak buku tersebut. Penjual toko buku tidak takut akhir banyaknya pembaca yang berniat membaca gratisan...
...itu karena mereka memiliki prinsip bahwa dengan semakin ramai aktivitas tachiyomi di tokonya, maka semakin banyak kemungkinan orang-orang itu untuk membeli buku di hari lainnya.
Ketiga, budaya yang cukup bagus yaitu kewajiban 10 menit membaca setiap hari di sekolah. Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo. Di sekolah Jepang, para guru mewajibkan para siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum memulai pelajaran sesungguhnya.
Aturan ini sudah diberlakukan lebih dari 30 tahun. Pembiasaan diri yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar ini dinilai banyak pihak cukup efektif, untuk membuat orang Jepang cinta membaca.
Dengan membaca buku, kita mampu kaya info dan pengetahuan yang bermanfaat, berangkat dari hal inilah maka seseorang mampu membangun jalan untuk menggapai sukses. Untuk itu, jangan malas membaca jikalau ingin sukses. Jadikan membaca yaitu “kebutuhan primer” ibarat halnya makanan.
2. Rasa aib yang tinggi
Kebiasaan orang-orang jepang menjadi hal yang sangat unik dan luar biasa, patut dicontoh. Seperti diketahui bahwa berapa banyak orang Indonesia yang tertangkap lembap korupsi milyaran tetapi tidak ada nampak wajah aib (padahal sudah melaksanakan kejahatan besar), di depan kamera wartawan justru senyum-senyum bahkan tertawa, tidak tahu malu.
Salah satu budaya aib orang jepang yang luar biasa, ibarat dikala berkendara, ketika terjadi suatu masalah, maka mereka lebih memilih memutar balik kendaraan dari pada mengganggu kendaraan lainnya.
Dari pengalaman orang yang pernah langusng ke Jepang, mereka menjelaskan bahwa rasa aib telah merasuk ke dalam sanubari hati orang-orang Jepang. Mereka aib jikalau bersantai-santai, tidak bekerja keras.
Mereka aib jikalau tidak disiplin, melanggar peraturan, tidak jujur apalagi korupsi atau mengambil barang yang bukan miliknya. Seorang pejabat Menteri di Jepang mengundurkan diri setelah tertangkap lembap korupsi.
Bangsa Jepang menjadi bangsa yang besar dikala ini, hanya bermodalkan rasa aib pada masyarakatnya, yang berefek saling cinta diantara mereka, tidak ada asa saling curiga, kompak untuk saling bekerja keras, dan aib jikalau melaksanakan hal-hal yang merugikan orang lain.
Bangsa Indonesia seharusnya mampu menjadi bangsa yang lebih besar lagi, hal ini karena rasa aib kepada Tuhan merupakan adegan dari fatwa agama, bahkan kata Nabi Muhammad aib kepada Tuhan menunjukan keimanan seroang seorang muslim.
Ketika rasa aib telah terpatri dalam jiwa-jiwa masyarakat Indonesia, maka Indonesia akan menjadi bangsa dengan orang-orang di dalamnya yang berintegritas tinggi, mau bekerja keras, saling menyayangi dan tidak mau mengganggu bahkan merugikan orang lain.
3. Hidup hemat dan arif mengelola keuangan
Kebiasaan unik orang-orang di Jepang, baik itu wanita maupun laki-laki, di Jepang banyak sekali orang yang belanja setelah jam 19.30, hal itu karena tokok-toko dan supermarket di Jepang sering menunjukkan potongan harga sampai 50 persen ketika setengah jam sebelum toko ditutup.
Jepang, dikenal sebagai bangsa yang suka menabung. Ketika krisis finansial global, Jepang sama sekali tidak terpengaruh. Hal itu karena cadangan uang negara yang sangat besar.
Orang Jepang suka sekali berhemat, bukan hanya hemat uang saja, tetapi juga hemat waktu dan tenaga. Bangsa Jepang memiliki prinsip bahwa pemborosan dan menyia-nyiakan waktu, tenaga, dan uang yaitu hal yang memalukan dan harus dihindari.
Sehingga kalau diperhatikan, umumnya orang Jepang sangat menghargai waktu, mereka jarang sekali mengobrol ketika bekerja. Mereka menggunakan waktu dengan seefisien mungkin. Dengan penggunaan waktu dan hal lainnya yang efisien, mereka mampu menghasilkan sesuatu lebih berkualitas, lebih banyak dan lebih cepat.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi akan meningkat, itulah yang mensejahterakan mereka. Lalu, apakah mereka membelanjakan semua pendapatannya? Jawabannya tidak, bahkan sebagian besarnya tidak dibelanjakan (alias hemat).
Apabila orang jepang memiliki gaji yang besar, mereka aan menabungnya dan umumnya hanya membeli kebutuhan yang benar-benar pokok (penting). Kebiasaan menyimpan uang sudah mendarah daging pada diri mereka, yang bagaikan sebuah tradisi secara turun-temurun.
Sifat berhemat ini memang didorong karena kondisi geografis negara Jepang yang bergunung-gunung, yang sering dilanda gempa bumi. Sehingga hal ini secara otomatis semakin mengajarkan mereka untuk selalu siap sedia menghadapi segala kemungkinan bencana.
Dibandingkan masyarakat barat (Eropa dan Negara Amerika) umumnya masyarakatnya suka hidup berlebihan, ibarat suka berbelanja barang yang tidak mereka perlukan. Hal ini tidak patut dicontoh.
Slain itu, bangsa Jepang tidak suka berhutang karena hal ini melibatkan harga diri. Sebaliknya kaum barat menjalankan gaya hidup berhutang, sehingga menimbulkan munculnya aneka macam persoalan sosial dan ekonomi yang serius di negeri-negeri barat.
4. Orang Jepang memiliki loyalitas tinggi
Hal yang sulit dicapai oleh masyaraat di negara lain, orang-orang di Negara Jepang memiliki loyalitas yang tinggi, mereka tidak mudah pindah kerja. Mereka memiliki prinsip untuk menyelesaikan satu hal sampai berhasil.
Orang jepang umumnya sering lembur di perusahaan tempatnya bekerja, bahkan di Jepang ada istilah “Karoshi” yaitu istilah untuk menyebut janjkematian yang disebabkan kebanyakan kerja. Sehingga membuat kita sedikit bertanya-tanya hal yang membuat orang jepang “hobi” lembur.
Menurut laman 6 Kebiasaan Buruk & Kekurangan dari Orang Jepang
0 comments
Post a Comment